Perjalanan antara Pekanbaru – Bukittinggi memang terasa panjang dan sebagiannya melewati jalan yang berkelok-kelok khas jalanan pegunungan. Di situ pula kita akan melewati tempat yang di sebut Kelok Sembilan, karena memang sesuai namanya kita akan berjalan menyusuri jalan berkelok yang berjumlah sembilan.
Jalan Kelok Sembilan
Jam menunjukkan pukul 14.40 WIB ketika kami mulai bergerak meninggalkan kota Pekanbaru menuju Bukitinggi dengan jarak 216 km dan biasanya ditempuh dalam waktu sekitar 5 (lima) jam perjalanan darat.
Kalau dari Pekanbaru kita akan melaluinya dalam kondisi menuruni bukit. Kelok Sembilan merupakan salah satu jalur padat lalu lintas kendaraan tiap harinya yang rawan kemacetan terutama pada hari libur nasional dan hari besar lainnya seperti Lebaran dan Natal. Kondisi jalan itu kini sangat sempit, macet dan terjal serta rawan terjadi kecelakaan.
Lokasi ini juga merupakan jalur ekonomi kedua daerah yakni Sumatera Barat dan Riau, terutama bagi pedagang dari Riau untuk membeli konveksi di Kota Bukittinggi dan Padang. Untuk memperlancar arus lalu lintas kendaraan yang melewati daerah ini, saat ini pemerintah daerah Sumatera Barat membangun jembatan dan berdasarkan hasil studi jembatan ini akan dilalui 6.800 kendaraan tiap hari, sedangkan pada hari libur bisa mencapai 11.350 kendaraan.
Selain berfungsi sebagai penghubung Sumatera Barat dengan Riau, jembatan Kelok Sembilan di Kabupaten Limapuluh Kota, juga akan dibangun menjadi obyek tujuan wisata. Kontrak pembangunan jembatan Kelok Sembilan yang berjangka waktu lima tahun itu sudah selesai ditandatangani dengan nilai investasi Rp162,5 miliar. Kontraktor telah menandatangani kontrak pembangunan jembatan sepanjang 492 meter, lebar 13,5 meter serta jalan penghubung 700 meter.
Sesuai namanya, Jembatan Kelok 9 mempunyai 9 tikungan. Jembatan kelok 9 yang ada di Kota Payakumbuh, Sumatra Barat mempunyai kelokan yang tajam dan lebar sekitaran 5 mtr. Jalan ini bersebelahan dengan jurang, dan dijepit oleh dua bukit-bukit antara dua cagar alam: Cagar Alam Air Putih dan Cagar Alam Harau. Kelihatan mendebarkan tetapi benar-benar menarik.
Kelok Sembilan terdiri dari 6 buah jembatan. Panjang ke enam jembatan itu berbeda karena sesuaikan topography tanah dan panjang lekuk jembatan tersebut. Uniknya, saat melalui kelok ke-4, kamu akan menyaksikan dua tebing yang sama-sama tersambung dan lengkungannya membuat seperti kubah.
Liukan tajam menghampar di dua dinding bukit curam, benar-benar kelihatan terang dan istimewa. Walau kelihatan bikin takut, tetapi jembatan yang diresmikan di tahun 2013 lalu ini mempunyai susunan yang kuat. Jalan yang berliku ini didukung 30 pilar dengan tinggi bervariatif yang capai sekitaran 60 mtr. Tidak perlu cemas.
Karena arsitektur dan keelokannya, jembatan paling panjang di Sumatera Barat ini jadi tempat favorite untuk beberapa turis. Jalan ini juga menjadi satu diantara icon rekreasi di Sumatera Barat.
Jembatan kelok 9 keelokannya tidak cuman menarik saat pada siang hari saja. Tetapi, pada malam hari. Sejauh jembatan telah diperlengkapi dengan lampu. Pengendara merasakan aman saat telusuri Jembatan Kelok 9. Tidak kalah atas siang hari, situasi jembatan kelok 9 kelihatan syahdu dan tenang di waktu malam hari.
Disaksikan di atas, jembatan unik di Indonesia ini kelihatan serupa dengan tempat balap. Batas jalan yang dibuat semenjak jaman Hindia Belanda (1908-1914) ini terlihat zig-zag menuruni lereng bukit.
Jalanan ini membuat semuanya orang yang melaluinya demikian kagum akan keelokan bentuknya atau alam sekitaran sebagai latarnya. Rasanya tidak komplet bila bertandang di Sumatera Barat tanpa coba kesan telusuri Jembatan Kelok 9 ini.
Memang benar setelah hampir perjalanan tanpa henti, akhirnya sekitar pukul 19.30 WIB sampai juga kami ke tujuan yaitu kota Bukittinggi. Setelah keliling kota untuk mencari penginapan yang sesuai kantong, akhirnya berlabuhlah kami di Hotel untuk istirahat dulu dan tidur.
Kelok Sembilan Sumatera – Wisatasiana